Pada awalnya, tarian ini berfungsi sebagai tari penyaambutan pada suatu acara, penyambutan tamu-tamu kenegaraan. Namun seiring berkembangnya waktu tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai pengantar pertunjukan ludruk dan juga sering ditampilkan sebagai pengantar pertunjukan ludruk.
Tarian ini umumnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga, sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam tarian ini.
Karakteristika utama pada tarian ini adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis yang didukung dengan adanya gelang lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Unsur gerak dalam tari remo antara lain:
- Kepala: Tegak, pandangan lurus ke depan, tolehan kanan, tolehan kiri, angkluk, geleng, dan lain-lain.
- Badan: Tegak, Ngeloyot
- Mobilitas Tangan: Ukel suweng, ongkekan, ore rekmo, seblak, nyemprit, ngrayung, baya mangap, sabetan, dan lain-lain
- Kaki: Tanjak, Junjungan, Tendang, Gedruk, Labas, Jluwet, Ngayam malas, iket, dan lain-lain.
- Busana Gaya Surabayan: Terdiri atas ikat kepala merah ( udeng ), baju tanpa kancing warna hitam bergaya kerajaan, celana sebatas pertengahan betis, sewek batik pesisiran, setagen, 2 slendang yang disematkan di bahu, dan keris.
- Busana Gaya Sawunggaling: Pada dasarnya, busana gaya sawunggaling sama dengan busana gaya surabayan, namun perbedaannya terletak pada penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam.
- Busana Gaya Malangan: Pada dasarnya busana gaya malangan sama dengan busana gaya surabayan, namun perbedaannya terletak pada penggunaan celana panjang hingga menyentuh mata kaki.
- Busana Gaya Jombangan: Pada dasarnya busana gaya jombangan sama dengan busana gaya sawunggaling, namun perbedaannya, busana gaya jombangan memakai rompi yang dikalungkan di leher ( kalung kace )
0 komentar:
Posting Komentar